Senin, 16 Agustus 2010
SMUN 11 Garut Gelar Baksos
Osis SMUN 11 Garut menggelar kegiatan Bakti Sosial di Kampung Cilandak Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota.
Ketua Panitia Pelaksana, Indah Mulya Sari mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan untuk menggugah rasa kepedulian siswa SMUN 11 Garut agar dapat berperan dalam membantu masyarakat yang membutuhkannya. Siswa kelas 12 IPS 2 ini menambahkan, kegiatan ini telah menghasilkan beberapa Kilo beras,beberapa bungkus mie instan, serta beberapa dus pakaian layak pakai.
Sementara itu, Ny. Rani Permata berharap, kegiatan semacam ini dapat dilakukan secara rutin dilaksanakan oleh SMUN 11 Garut sekaligus menjadi contoh bagi siswa SMU lainnya. “salut kepada para siswa/i yang telah rela menyisihkan jatah uang jajannya untuk membantu sesama”, imbuhnya.
Kegiatan baksos ini diyakininya merupakan sebagai titik awal generasi muda dalam pembentukan calon pemimpin masa depan yang selalu pintar merasa sekaligus mengetahui apa-apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat kelak.
Pihak Kecamatan, Kelurahan,LPM,BKM, TIPP Margawati serta kaum dhua'fa yang sebagian banyak sudah jompo merasa senang sekali atas kegiatan yang telah dilakukan oleh SMUN 11 Garut ini, "Kami ucapankan banyak terima kasih kepada siswa/i SMUN 11 Garut atas bantuannya, mudah-mudahan semua amalan ini bisa diterima oleh Alloh SWT" akhir dari sambutan Pak Usman selaku LPM yang juga anggota BKM Margawati pada acara pembukaan bakti sosial ini.
Setelahnya melaksankan bakti sosial mereka pun menyempatkan diri untuk bisa jalan-jalan menikmati alam sekitar Margawati, pesawahan nan hijau dan perkebunan yang subur menjadi tujuan utama mereka untuk sekedar menikmati keindahannya dan tentunya foto-foto, sungguh Margawati desa yang indah.(Minggu (01/07)
Minggu, 01 Agustus 2010
Aya PLP BK di Margawati
Beberapa dari kita mungkin kurang mengetahui jelas mengenai PLP BK, sedikit akan dijelaskan apa itu PLP BK? PLP-BK pada dasarnya adalah peningkatan (intervensi lanjut) dari P2KP sehingga beberapa prinsip dasar yang digunakan di P2KP seperti demokrasi, partisipasi, transparansi, akuntabel dan desentralisasi, dsb juga menjadi prinsip dasar PLP-BK.
Meskipun pembangunan manusia melalui pembangunan bidang sosial, ekonomi dan lingkungan masih tetap menjadi andalan utama dalam penanggulangan kemiskinan, secara khusus dalam PLP-BK pembangunan lingkungan diberikan penekanan khusus untuk menciptakan lingkungan hunian yang kondusif terhadap berbagai aspek pembangunan manusia sehingga penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan manusia seutuhnya (spiritual dan material) dengan segera terwujud.
Dalam PLP-BK pembangunan fisik lingkungan menjadi media belajar untuk membangun tata kerja bermasyarakat untuk menyepakati peraturan-peraturan yang dibutuhkan dalam berbagi ruang hidup sehingga mampu menjadi perekat dalam tata hidup masyarakat madani yang saling menghargai dan produktif yang pada gilirannya akan terwujud kualitas lingkungan permukiman yang sehat, tertib, selaras, berjatidiri dan lestari.
Prinsip dan Pendekatan
a. Prinsip-Prinsip pembangunan yang dianut adalah:
• Solidaritas (tanggung renteng); Upaya pengembangan lingkungan permukiman ini harus menjadi tanggung jawab bersama dengan mengutamakan yang paling lemah melalui upaya gotong royong (berat sama dipikul ringan sama dijinjing)
• Keterbukaan; Mengajarkan kepada semua pelaku untuk saling terbuka juga terhadap pembaruan atau inovasi-inovasi demi kemajuan bersama
• Transparansi; Mengajak semua pelaku untuk dapat menunjukan peran, kontribusi dan tanggung jawabnya secara jelas dan gamblang (transparan) untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman
• Akuntabilitas; Mengajak semua pelaku untuk mampu mempertanggung-jawabkan tugas dan tindakannya kepada publik dan selalu siap untuk digugat
• Demokrasi; Mengajak semua pelaku untuk mendengar dan mempertimbangkan kepentingan pihak lain dalam pengambilan keputusan bersama.
• Kesepakatan aturan main; Semua keputusan dan pelaksanaan pengembangan permukiman di wilayahnya harus didasarkan atas kebutuhan dan aturan main yang disepakati bersama
• Kreatif; Masyarakat kreatif mengoptimalkan asset dan kondisi permukimannya sebagai potensi lokal yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk melaksanakan pengembangan lingkungan permukiman di wilayahnya
• Inovatif; Masyarakat inovatif dalam menetapkan jenis-jenis kegiatan atau program yang tidak hanya sekedar mengelola sumber daya yang ada, namun justru lebih bersifat menggali, mencari hingga menciptakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program yang disepakati masyarakat
• Mengutamakan membangun kapasitas lokal; Prinsip ini sudah harus ada dibenak semua pelaku bahwa kunci keberlanjutan pembangunan (sustainable development) adalah berorientasi untuk membangun kapasitas masyarakat sendiri
• Mengutamakan Kemitraan dan Kolaborasi; Pengembangan lingkungan permukiman oleh masyarakat terkait dengan berbagai pihak, misalnya pemda dalam hal regulasi dan peraturan. Oleh karena itu, perlu senantiasa berupaya menjalin kemitraan sinergis dengan berbagai pihak terkait, baik pemda maupun kelompok peduli setempat dan menjunjung tinggi nilai kolaborasi serta menghindarkan persaingan yang dapat menjurus ke perpecahan
• Menggunakan sumber daya eksternal secara arif; Sumberdaya ekternal harus disadari sebagai stimulan / pelengkap dari sumber daya sendiri, sehingga harus digunakan secara efektif dan efisien
b. Pendekatan; Pendekatan pengembangan lingkungan permukiman berbasis komunitas adalah kombinasi antara:
• Pendekatan pemberdayaan berbasis nilai dalam rangka perubahan sikap/ perilaku masyarakat;
• Pendekatan pembangunan bertumpu pada manajemen komunitas; dan
• Pendekatan pembangunan bertumpu pada inovasi dan kreativitas masyarakat (entrepreneurship)
Ada beberapa tahapan kegiatan yang sudah dilaksankan diantaranya sosialisasi tingkat kabupaten, kelurahan dan basis (RW/RT), pembentukan Tim Inti Perencana Partisipatif (TIPP), Perekrutan TAP (Tenaga Ahli Pendamping)serta revieuw pemetaan swadaya, kegiatan lanjutan lain sudah diagendakan bersama oleh BKM, UP, TIPP dan relawan yang ada, harapan kami mudah-mudahan kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar, dukungan dan partisipatif dari berbagai pihak, baik pemerintahan daerah, dinas, kelurahan, perguruan tinggi, kelompok peduli serta stakeholder lainnya menjadi salah satu dorongan dan motivasi untuk kami selaku BKM, UP, TIPP dan relawan untuk bisa tetap menjalankan tugas dan amanah ini dengan baik.
Ayo Margawati...Maju bersama untuk mandiri.
SENI TANGKAS DOMBA GARUT
Seni ketangkasan Domba Garut merupakan salah satu kegemaran tersendiri yang disenangi sebagian besar warga Garut, termasuk warga yang ada di Kelurahan Margawati, kegiatan ini menjadi rutinitas mingguan, ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara khusus artinya dengan perlakuan dalam pemeliharaannya secara khusus terutama dalam membentuk tanduk agar memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah, sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.
Seni ini merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap event pertandingan ternak domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan sendirinya bahwa ternak tersebut memiliki harga yang sangat tinggi.
Perlombaan atau kontes ternak ini merupakan tempat berkumpulnya para peternak dan pemilik, para penggemar, tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi yang dihimpun dalam wadah HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia).
Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar ketangksan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba.
Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak tinggi.
Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih oleh pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama ketukan kendang.
Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi oleh :
• Dewan Hakim
• Dewan Juri
• Wasit
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas-kelas, yaitu :
• Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ;
• Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
• Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.
Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, umpamanya kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20 pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian kelas tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan dikhususkan domba yang mempunyai kriteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya. Untuk kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam pertandingan inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan dalam bertanding, keindahan fisik, kelincahan dan stamina.
Untuk keturunan yang bagus, anak domba jantan umur satu minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring dengan bertambahnya umur domba bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti yang diharapkan memerlukan suatu ketelatenan dan kemahiran dalam merawat tanduk.
Beberapa pengalaman para peternak dalam merawat tanduk domba diantaranya sebagai berikut :
a. Agar tanduk berwarna hityam mengkilap, biasanya digosok dengan kemiri ;
b. Untuk membentuk tanduk yang simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk ;
c. Untuk melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu 1 (satu) minggu sekali ;
d. Rambut / bulu di sekitar tanduk dibersihkan ;
e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk tampak kelihatan gagah.
Pendekatan yang ditempuh adalah bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak terutama dikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat, bahwa seni ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.
Sejalan dengan pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan sebagai unsur seni adalah mengubah suasana adu domba yang tidak jelas keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan nilai tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya. Hal tersebut perlu dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni ketangkasan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan prestasi sehingga seni ketangkasan Domba Garut merupakan komoditi yang dapat dijual unsure seninya.
Oleh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan peternak yang dihimpun dlam organisasi HPDKI dalam meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh untuk menambah devisa daerah.
"Kambuy Group" Seni Calung dari Margawati
Ketika Sosialisasi massal kegiatan PLP BK dilaksanakan, beberapa kesenian tradisional yang ada di Kelurahan Margawati sengaja ditampilkan oleh beberapa perwakilan warga masyarakat, yang cukup menarik adalah adanya kelompk seni calung “Kambuy Group”, kelompok ini beranggotakan para pemuda yang berasal dari Kampung Cilandak Kelurahan Margawati, Ajang amas, Dede, Sopia salam, Ahmad, Oo Rahmana dan Tatang adalah beberapa diantara seniman calung yang tetap melestarikan seni budaya asli sunda ini dengan nyanyian-nyanyian dan lagu serta canda yang khas mereka jadikan sosilisasi PLP NK ini sangat menarik dan meriah sekali. Mereka berharap agar kesenian ini bisa terus dilestarikan, beberpa anak kecil pun mereka didik demi berkelalanjutannya seni budaya khususnya kesenian calung. Satu diantara kendala yang ada adalah terbatasnya alat-alat pentas dan tempat untuk berlatih, karena selama ini mereka berlatih di tanah lapang dan serambi rumah salah seorang sesepuh seni sunda, memiliki sanggar tempat tampil dan berlatih adalah impian dan harapan mereka bersama.
Untuk lebih mengetahui, kami jelaskan sedikit mengenai calung…Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek dan solorok.(Penulis, Sony, TIPP Kelurahan Margawati)
Langganan:
Postingan (Atom)