Minggu, 12 September 2010

Ternak Sapi



GARUT – Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Hermanto mengatakan, penjualan hewan kurban tahun ini meningkat hingga 10%.

Peningkatan ini ditandai dengan bertambahnya jumlah hewan kurban dan permintaan konsumen. “Meski harganya naik antara Rp100.000 hingga Rp700.000, permintaan hewan kurban untuk jenis kambing di Garut saat ini sudah mencapai level 7% bila dibanding 2010 lalu,” katanya di sela-sela inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Hewan Wanaraja dan Peternakan Sapi di Margawati,kemarin. Peningkatan jumlah hewan kurban tampak pada ternak jenis sapi dan kerbau.

Disebutkan Hermanto,jumlah total hewan kurban berukuran besar ini mencapai 957 ekor lebih banyak bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 870 ekor. “Meski meningkat, Kabupaten Garut belum bisa memenuhi kebutuhan hewan jenis sapi dan kerbau. Kami masih mendatangkannya dari luar daerah,yaitu dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, sekitar 11,87%,”ujarnya. Hermanto menambahkan, pada musim kurban tahun ini, para konsumen bisa mendapatkan hewan kurban di sejumlah pasar hewan di Garut,yaitu di Pasar Bayongbong dengan kapasitastampungsebanyak800sampai 1.000 ekor,Pasar Wanaraja berdaya tampung 500 sampai 700 ekor,dan Pasar Bungbulang dengan daya tampung 600 ekor.

Tim kesehatan dari Dinas Peternakaan Pemkab Garut,Diah Safitri,memastikan,daripemeriksaan pihaknya di sejumlah pasar hewan,seluruh hewan ternak di Garut dipastikan telah memenuhi kriteria untuk dijadikan hewan kurban.Kesimpulan itu diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik seperti bola mata jernih,berdiri rata dengan menggunakan empat kaki atau tidak pincang,bentuk tanduk simetris dan tidak retak.

“Kami sudah memeriksa semua hewan yang akan dijadikan hewan kurban.Semuanya sudah memenuhi kriteria,”tukasnya. Seputar Indonesia

Mari menanam pohon...

Makanan Olahan Tradisional Margawati



Yeuh ieu oleh-oleh ti Margawati teh…
Nu kahiji aya Rangginang (atawa raginang, ranginang) mangrupakeun kadaharan nu kasohor di Indonésia. Teu sirikna di unggal wewengkon, utamana di Pulo Jawa, miboga kamonésan ranginang gumantung wewengkonna masing-masing.
Rangginang bisa didahar langsung, minangka susuguh keur sémah boh di imah atawa dinu kariaan, atawa bisa oge keur deungeun sangu. Keur didahar langsung, cocog lamun rangginang didahar jeung cikopi. Rangginang aya nu asin jeung amis. Nu pangilaharna mah rangginang asin. Dumasar bentukna, wangun rangginang tiasa rupi-rupi, gumantung citakannana, tiasa buleud atanapi kotak, kadang-kadang henteu dicitak ku citakan, mung diréka-réka ku panangan waé. Dumasar nu nyieunna, rangginang bisa dibagi jadi rangginang jieunan sorangan (biasana ibu-ibu di imah sorangan keur nyuguhan semah atawa kadaharan sapopoe, nyieunna make parabotan saayana, citakannana kadang-kadang ukur dijieun tina awi), sarta rangginang jieunan pabrik(kiwari pabrik rangginang loba di mana-mana kalayan make citakan nu leuwih hade)
Ranginang dijieun tina béas ketan anu diseupan sareng dibungbuan. Bungbuna bisa rupa-rupa gumantung kana rasa nu dipikaresep. Pikeun ranginang asin, uyah, bawang bodas jeung sajabana tangtu dibutuhkeun. Kadang-kadang ditambahan tarasi. Keur raginang amis, tangtu kudu make gula.
Kanggo ngadamel rangginang, beas ketan diseupan sareng dibungbuan. Saparantosna cekap asakna (teu kenging asak teuing), ketan nu tos pagalo sareng bungbu teras dicitak, didaraykeun dina nyiru, ayakan atanapi rupi-rupi anyaman anu tiasa dianggo kanggo moe. Lajeng rangginang dipoé dugikeun ka garing. Saparantosna garing, rangginang atah digoréng.
Sunda banget ya…alih bahasa ahhh…
Yang kedua ada Opak, Opak adalah makanan khas Sunda daerah Jawa Barat yang terbuat dari tepung beras. Nutrisi yang terkandung dalam opak adalah karbohidrat. Bahan dasar pembuatan opak adalah tepung beras, garam, gula, dann bumbu bumbu penyedap lainnya. Kemudian bahan dasar dicampur menjadi sebuah adonan. Adonan kemudian dikeringkan. Setelah kering kemudian dipanggang di atas bara api.
Ketiga Wajit, wajit adalah suatu penganan yang terbuat dari beras ketan, gula merah dan kelapa yang dimasak menjadi satu. kemudian dibungkus oleh cangkang buah jagung, rasanya manis legit.
Keempat ada Dodol, Dodol adalah sejenis makanan yang dikategorikan dalam jenis makanan manis. Untuk membuat dodol yang bermutu tinggi cukup sulit karena proses pembuatannya yang lama dan membutuhkan keahlian. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, tepung beras, gula pasir, gula merah dan garam.
Dalam tahap pembuatannya, bahan-bahan dicampur bersama dalam kuali yang besar dan dimasak dengan api sedang. Dodol yang dimasak tidak boleh dibiarkan tanpa pengawasan, karena jika dibiarkan begitu saja, maka dodol tersebut akan hangus pada bagian bawahnya dan akan membentuk kerak. Tapi kerak dodol enak juga lhooo…Oleh sebab itu, dalam proses pembuatannya campuran dodol harus diaduk terus menerus untuk mendapatkan hasil yang baik. Waktu pemasakan dodol kurang lebih membutuhkan waktu 4 jam dan jika kurang dari itu, dodol yang dimasak akan kurang enak untuk dimakan. Setelah 2 jam, pada umumnya campuran dodol tersebut akan berubah warnanya menjadi cokelat pekat. Pada saat itu juga campuran dodol tersebut akan mendidih dan mengeluarkan gelembung-gelembung udara.
Untuk selanjutnya, dodol harus diaduk agar gelembung-gelembung udara yang terbentuk tidak meluap keluar dari kuali sampai saat dodol tersebut matang dan siap untuk diangkat. Yang terakhir, dodol tersebut harus didinginkan dalam periuk yang besar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan rasa yang sedap, dodol harus berwarna coklat tua, berkilat dan pekat. Setelah itu, dodol tersebut bisa dipotong dan dimakan.

Seni Ketangkasan Domba Garut



Sebagai sebuah kebanggaan warga Garut, banyak orang di Garut sudah mulai menciptakan moto tentang domba garut. Moto itu hadir karena domba garut bukan saja hebat di arena, tetapi juga hebat di penampilan.

"Motonya, tandang di lapang, gandang di lapang, indah dipandang serta enak dipanggang,

Berdasar dari sebuah kebanggaan atas hewan asli daerah, warga Garut jauh lebih memilih domba yang bertarung itu sebagai seni. Mereka jauh lebih menilai bahwa kegiatan tersebut merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut.

Domba yang dapat tampil bagus di setiap pertandingan akan mendapatkan perhatian dari para peternak dan penggemarnya. Itu membuat harga domba menjadi sangat mahal.

"Penggemar domba garut kini banyak di Sumedang, Bandung, Tasikmalaya, dan Ciamis. Mereka akan memilih yang tidak hanya bisa tanding atau tarung saja. Tapi, juga melihat kondisi fisik,

Saat semua penilaiannya bagus, tidak menutup kemungkinan penggemar domba garut mau membayar dengan harga mahal. Ada yang dapat ditebus dengan harga Rp 80 juta dengan bobot mencapai 100 kilogram. "Kalau sudah seperti itu apakah bukan jadi sebuah kebanggaan kami orang Garut. Yang punya asal muasal domba ini,

Lestarikan Hutan Kita...

“Harapan yang muda , Margawati gemar membaca”

Anak Margawati...Sabisa-bisa, kudu bisa, pasti bisa...



Membaca adalah jendela membuka dunia itu yang ada di dalam benak para generasi muda Margawati. Tapi kami semua sadar adalah hal yang sangat berat untuk meningkatkan minat baca dikalangan anak-anak, remaja, dan masyarakat pada umumnya. Dengan harapan yang menggunung pada awal tahun 2010 kami merencanakan berdirinya taman baca masyarakat.

Sudah saat nya kami semua berencana, bekerja keras,dan bekerjasama agar Masyarakat menyadari akan pentingnya membaca. Kami bahu membahu dan insya allah dapat membantu agar masyarakat menjadi tahu.
“ADALAH CITA YANG MUDA, ASA YANG TUA. KAMI SEMUA TAQWA, CERDAS DAN TERAMPIL”
Anak-anak sangat dominan di margawati, mereka adalah harapan masyarakat guna membangun masa depan desa Margawati. Dengan menumbuhkan minat baca sejak usia dini mudah-mudahan Margawati menjadi desa yang cerdas, berwawasan, beriman dan bertaqwa
“BINGAH AMAR WATASUTA ANU TEU AYA WATES WANGENA MUN NINGALI ANAK INCU URANG PANGESTO SARTA JEMBAR DINA PANGABISA TEU POHO MACA NGALEUKEUNAN KANA AGAMA HAREPANANA JADI JALMA ANU TAKWA”

“ Kesederhanaan Bukanlah Kemiskinan Tapi Kemiskinan Timbul Dari Kebodohan “
Adalah untaian harapan dari seorang anak warga Rw.18 Kp. Peundeuy Margawati yang mengharapkan berdirinya taman baca masyarakat, merupakan motivasi terbesar kami untuk merealisasikanya dan besar harapan kami setelah berdirinya taman baca ini muncul kembali harapan harapan yang lebih besar dari anak-anak, remaja, dan orang tua sehingga keberadaan taman baca masyarakat Iqra bisa bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat AMIIN.
Hari ini anda adalah orang yang sama dengan anda lima tahun mendatang kecuali dua hal : 1. Orang – orang di sekeliling anda dan 2. Buku – buku yang anda baca.
Buku adalah teman bicara yang mendahuluimu, teman bicara yang tidak memanggilmu ketika kerja, teman bicara yang tidak memaksa berdandan ketika menghadapinya. Teman hidup yang tidak menyanjungmu, kawan yang tidak membosankan. Dan penasehat yang tidak mencari – cari kesalahan.

Untuk teman-teman yang mempunyai buku-buku bekas, dan berniat untuk menyumbangkannya, dengan senang hati kami akan menerimanya, hubungi no tlp/Hp (085222920793- Soni) untuk informasi lebih jelas.

TRUK KAYU, BUAH TANGAN MARGAWATI


Kata siapa limbah dari perusahaan material hanya untuk dijadika kayu bakar, siapa sangka limah tersebut dapat disulap jadi mainan yang bagus dan menarik, adalah Jajang 42 tahun warga RT. 03 R. 07 Kampung Cilandak Kelurahan Margawati Kecamatan Garu Kota dapat menguah fakta tersebut, ayah dengan 4 orang anak mengawali dan menekuni kerajianan tersebut sejak krisis global menerpa, bahkan dengan ketekunannya limbah kayu tersebut dapat diolah menjadi produk miniature salah satu produsen truk terbesar di Indonesia Mitsubishi, bahkan disaat produk-produk mainan asal china melanda pasar Indonesia, kualitas truk mainan Mang Jajang mampu bersaing.
Antik, Kreatif dan Inovatif “Ini mah lebih bagus dari yang biasa saya temui” kata salah seorang pengunjung yang sengaja melancong ke Margawati. Namun siapa sangka untuk menghasilkan satu buah mainan saja Mang Jajang bisa menghaiskan waktu satu bulan lebih karena keterbatasan peralatan yang ada, hanya bermodalkan gergaji, pisau raut dan golok. Mang Jajang tak mampu memenuhi permintaan pemesanan miniature truk dari slah satu pemesan yang berasal dari Kota Kembang Bandung.
Awalnya Mang Jajang mengumpulkan limbah kayu kemudian di pilih untuk dijadikan bahan pembuatan kabin dan bak mobil, dalam proses ini tidak membutuhkan waktu yang lama, tapi dengan ketelitian dan keakuratan hasil yang di buat sangat berkualitas. Ide untuk membuat miniature ini timbul karena hampir setiap kendaraan yang ada dan melintas ke Kampung Cilandak erupa kendaraan truk pengangkut hasil tani.
Setelah tahapan itu selesai, barulah membuat roda kendaraan, dalam proses ini Mang Jajang membutuhkan waktu yang relative lama karena untuk memuat roda harus benar-benar bundar seperti aslinya, sedangkan Mang Jajang sendiri dalam proses hanya menggunakan pahat dan pisau serut, harapan ke depan agar proses pemuatan miniature ini bisa lebih cepat Mang Jajang berusaha untuk bisa memiliki mesin bubut.
Pada tahap akhir prose pengecatan dilakukan, pengecatan ini juga dilakukan dengan sangat teliti agar warna dan gambar bisa menyerupai dengan kendaraan truk aslinya. Warga setempat pun merasa bangga kepada hasil karya kerajinan Mang Jajang “Saya tidak menyangka, limbah kayu yang selama ini dijadikan kayu bakar bisa menjadi indah dan menarik dengan sentuhan seni, mudah-mudahan saja esok hai miniature truk ini bisa menjadi buah tangan khas Margawati” tutur Sony Sidik Rahayu selaku tokoh pemuda di kampung Cilandak.

Senin, 16 Agustus 2010

SMUN 11 Garut Gelar Baksos




Osis SMUN 11 Garut menggelar kegiatan Bakti Sosial di Kampung Cilandak Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota.

Ketua Panitia Pelaksana, Indah Mulya Sari mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan untuk menggugah rasa kepedulian siswa SMUN 11 Garut agar dapat berperan dalam membantu masyarakat yang membutuhkannya. Siswa kelas 12 IPS 2 ini menambahkan, kegiatan ini telah menghasilkan beberapa Kilo beras,beberapa bungkus mie instan, serta beberapa dus pakaian layak pakai.

Sementara itu, Ny. Rani Permata berharap, kegiatan semacam ini dapat dilakukan secara rutin dilaksanakan oleh SMUN 11 Garut sekaligus menjadi contoh bagi siswa SMU lainnya. “salut kepada para siswa/i yang telah rela menyisihkan jatah uang jajannya untuk membantu sesama”, imbuhnya.

Kegiatan baksos ini diyakininya merupakan sebagai titik awal generasi muda dalam pembentukan calon pemimpin masa depan yang selalu pintar merasa sekaligus mengetahui apa-apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat kelak.

Pihak Kecamatan, Kelurahan,LPM,BKM, TIPP Margawati serta kaum dhua'fa yang sebagian banyak sudah jompo merasa senang sekali atas kegiatan yang telah dilakukan oleh SMUN 11 Garut ini, "Kami ucapankan banyak terima kasih kepada siswa/i SMUN 11 Garut atas bantuannya, mudah-mudahan semua amalan ini bisa diterima oleh Alloh SWT" akhir dari sambutan Pak Usman selaku LPM yang juga anggota BKM Margawati pada acara pembukaan bakti sosial ini.

Setelahnya melaksankan bakti sosial mereka pun menyempatkan diri untuk bisa jalan-jalan menikmati alam sekitar Margawati, pesawahan nan hijau dan perkebunan yang subur menjadi tujuan utama mereka untuk sekedar menikmati keindahannya dan tentunya foto-foto, sungguh Margawati desa yang indah.(Minggu (01/07)

Minggu, 01 Agustus 2010

Aya PLP BK di Margawati


Beberapa dari kita mungkin kurang mengetahui jelas mengenai PLP BK, sedikit akan dijelaskan apa itu PLP BK? PLP-BK pada dasarnya adalah peningkatan (intervensi lanjut) dari P2KP sehingga beberapa prinsip dasar yang digunakan di P2KP seperti demokrasi, partisipasi, transparansi, akuntabel dan desentralisasi, dsb juga menjadi prinsip dasar PLP-BK.
Meskipun pembangunan manusia melalui pembangunan bidang sosial, ekonomi dan lingkungan masih tetap menjadi andalan utama dalam penanggulangan kemiskinan, secara khusus dalam PLP-BK pembangunan lingkungan diberikan penekanan khusus untuk menciptakan lingkungan hunian yang kondusif terhadap berbagai aspek pembangunan manusia sehingga penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan manusia seutuhnya (spiritual dan material) dengan segera terwujud.
Dalam PLP-BK pembangunan fisik lingkungan menjadi media belajar untuk membangun tata kerja bermasyarakat untuk menyepakati peraturan-peraturan yang dibutuhkan dalam berbagi ruang hidup sehingga mampu menjadi perekat dalam tata hidup masyarakat madani yang saling menghargai dan produktif yang pada gilirannya akan terwujud kualitas lingkungan permukiman yang sehat, tertib, selaras, berjatidiri dan lestari.
Prinsip dan Pendekatan
a. Prinsip-Prinsip pembangunan yang dianut adalah:
Solidaritas (tanggung renteng); Upaya pengembangan lingkungan permukiman ini harus menjadi tanggung jawab bersama dengan mengutamakan yang paling lemah melalui upaya gotong royong (berat sama dipikul ringan sama dijinjing)
Keterbukaan; Mengajarkan kepada semua pelaku untuk saling terbuka juga terhadap pembaruan atau inovasi-inovasi demi kemajuan bersama
Transparansi; Mengajak semua pelaku untuk dapat menunjukan peran, kontribusi dan tanggung jawabnya secara jelas dan gamblang (transparan) untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman
Akuntabilitas; Mengajak semua pelaku untuk mampu mempertanggung-jawabkan tugas dan tindakannya kepada publik dan selalu siap untuk digugat
Demokrasi; Mengajak semua pelaku untuk mendengar dan mempertimbangkan kepentingan pihak lain dalam pengambilan keputusan bersama.
Kesepakatan aturan main; Semua keputusan dan pelaksanaan pengembangan permukiman di wilayahnya harus didasarkan atas kebutuhan dan aturan main yang disepakati bersama
Kreatif; Masyarakat kreatif mengoptimalkan asset dan kondisi permukimannya sebagai potensi lokal yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk melaksanakan pengembangan lingkungan permukiman di wilayahnya
Inovatif; Masyarakat inovatif dalam menetapkan jenis-jenis kegiatan atau program yang tidak hanya sekedar mengelola sumber daya yang ada, namun justru lebih bersifat menggali, mencari hingga menciptakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program yang disepakati masyarakat
Mengutamakan membangun kapasitas lokal; Prinsip ini sudah harus ada dibenak semua pelaku bahwa kunci keberlanjutan pembangunan (sustainable development) adalah berorientasi untuk membangun kapasitas masyarakat sendiri
Mengutamakan Kemitraan dan Kolaborasi; Pengembangan lingkungan permukiman oleh masyarakat terkait dengan berbagai pihak, misalnya pemda dalam hal regulasi dan peraturan. Oleh karena itu, perlu senantiasa berupaya menjalin kemitraan sinergis dengan berbagai pihak terkait, baik pemda maupun kelompok peduli setempat dan menjunjung tinggi nilai kolaborasi serta menghindarkan persaingan yang dapat menjurus ke perpecahan
Menggunakan sumber daya eksternal secara arif; Sumberdaya ekternal harus disadari sebagai stimulan / pelengkap dari sumber daya sendiri, sehingga harus digunakan secara efektif dan efisien
b. Pendekatan; Pendekatan pengembangan lingkungan permukiman berbasis komunitas adalah kombinasi antara:
• Pendekatan pemberdayaan berbasis nilai dalam rangka perubahan sikap/ perilaku masyarakat;
• Pendekatan pembangunan bertumpu pada manajemen komunitas; dan
• Pendekatan pembangunan bertumpu pada inovasi dan kreativitas masyarakat (entrepreneurship)
Ada beberapa tahapan kegiatan yang sudah dilaksankan diantaranya sosialisasi tingkat kabupaten, kelurahan dan basis (RW/RT), pembentukan Tim Inti Perencana Partisipatif (TIPP), Perekrutan TAP (Tenaga Ahli Pendamping)serta revieuw pemetaan swadaya, kegiatan lanjutan lain sudah diagendakan bersama oleh BKM, UP, TIPP dan relawan yang ada, harapan kami mudah-mudahan kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar, dukungan dan partisipatif dari berbagai pihak, baik pemerintahan daerah, dinas, kelurahan, perguruan tinggi, kelompok peduli serta stakeholder lainnya menjadi salah satu dorongan dan motivasi untuk kami selaku BKM, UP, TIPP dan relawan untuk bisa tetap menjalankan tugas dan amanah ini dengan baik.
Ayo Margawati...Maju bersama untuk mandiri.

SENI TANGKAS DOMBA GARUT


Seni ketangkasan Domba Garut merupakan salah satu kegemaran tersendiri yang disenangi sebagian besar warga Garut, termasuk warga yang ada di Kelurahan Margawati, kegiatan ini menjadi rutinitas mingguan, ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara khusus artinya dengan perlakuan dalam pemeliharaannya secara khusus terutama dalam membentuk tanduk agar memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah, sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.
Seni ini merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap event pertandingan ternak domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan sendirinya bahwa ternak tersebut memiliki harga yang sangat tinggi.
Perlombaan atau kontes ternak ini merupakan tempat berkumpulnya para peternak dan pemilik, para penggemar, tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi yang dihimpun dalam wadah HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia).

Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar ketangksan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba.

Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak tinggi.

Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih oleh pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama ketukan kendang.

Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi oleh :

• Dewan Hakim
• Dewan Juri
• Wasit

Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas-kelas, yaitu :

• Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ;
• Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
• Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.

Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, umpamanya kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20 pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian kelas tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan dikhususkan domba yang mempunyai kriteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya. Untuk kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam pertandingan inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan dalam bertanding, keindahan fisik, kelincahan dan stamina.

Untuk keturunan yang bagus, anak domba jantan umur satu minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring dengan bertambahnya umur domba bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti yang diharapkan memerlukan suatu ketelatenan dan kemahiran dalam merawat tanduk.

Beberapa pengalaman para peternak dalam merawat tanduk domba diantaranya sebagai berikut :

a. Agar tanduk berwarna hityam mengkilap, biasanya digosok dengan kemiri ;
b. Untuk membentuk tanduk yang simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk ;
c. Untuk melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu 1 (satu) minggu sekali ;
d. Rambut / bulu di sekitar tanduk dibersihkan ;
e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk tampak kelihatan gagah.

Pendekatan yang ditempuh adalah bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak terutama dikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat, bahwa seni ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.

Sejalan dengan pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan sebagai unsur seni adalah mengubah suasana adu domba yang tidak jelas keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan nilai tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya. Hal tersebut perlu dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni ketangkasan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan prestasi sehingga seni ketangkasan Domba Garut merupakan komoditi yang dapat dijual unsure seninya.

Oleh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan peternak yang dihimpun dlam organisasi HPDKI dalam meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh untuk menambah devisa daerah.

"Kambuy Group" Seni Calung dari Margawati


Ketika Sosialisasi massal kegiatan PLP BK dilaksanakan, beberapa kesenian tradisional yang ada di Kelurahan Margawati sengaja ditampilkan oleh beberapa perwakilan warga masyarakat, yang cukup menarik adalah adanya kelompk seni calung “Kambuy Group”, kelompok ini beranggotakan para pemuda yang berasal dari Kampung Cilandak Kelurahan Margawati, Ajang amas, Dede, Sopia salam, Ahmad, Oo Rahmana dan Tatang adalah beberapa diantara seniman calung yang tetap melestarikan seni budaya asli sunda ini dengan nyanyian-nyanyian dan lagu serta canda yang khas mereka jadikan sosilisasi PLP NK ini sangat menarik dan meriah sekali. Mereka berharap agar kesenian ini bisa terus dilestarikan, beberpa anak kecil pun mereka didik demi berkelalanjutannya seni budaya khususnya kesenian calung. Satu diantara kendala yang ada adalah terbatasnya alat-alat pentas dan tempat untuk berlatih, karena selama ini mereka berlatih di tanah lapang dan serambi rumah salah seorang sesepuh seni sunda, memiliki sanggar tempat tampil dan berlatih adalah impian dan harapan mereka bersama.
Untuk lebih mengetahui, kami jelaskan sedikit mengenai calung…Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek dan solorok.(Penulis, Sony, TIPP Kelurahan Margawati)

Jumat, 02 Juli 2010

KERIS ANTIK di MARGAWATI


Ki Eron salah seorang warga Kampung Cigintung Kelurahan Margawati telah memiliki senjata tradisional warisan leluhur sejak lama, beberapa senjata tradisional itu diantaranya berupa keris dan Bedog (golok), beberapa keris yang ia miliki sudah berumur puluhan tahun, keris-keris tersebut masih dalam keadaan baik, dilihat dari kondisi keris yang ada, mulai dari mata pisau, gagang dan sarangka (Sarung pembungkus keris) jelas sekali Ki Eron selalu merawat senjata tradisional tersebut dengan baik, Ki Eron berharap kepada beberapa warga lainnya yang masih memiliki senjata tradisonal, agar mereka bisa menjaganya dengan baik, rencana dan inisiatif pun timbul dari kakek yang sudah memiliki Tiga Cucu ini untuk bisa memiliki tempat penyimpanan benda-benda bersejarah (Museum) agar senjata tradisional yang ada di Margawati bisa dikenal dan dilestarikan oleh para generasi penerus. (Penulis; A Opik, Anggota BKM PWK Margawati)

Sekilas mengenai Keris.
Untuk lebih jauh mengetahui apa itu keris, sedikit akan dijelaskan…Keris adalah senjata tikam khas Indonesia. Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke-9. Kuat kemungkinannya bahwa keris telah digunakan sebelum masa tersebut. Menteri Kebudyaan Indonesia, Jero Wacik telah membawa keris ke UNESCO dan meminta jaminan bahwa ini adalah warisan budaya Indonesia.
Penggunaan keris sendiri tersebar di masyarakat rumpun Melayu. Pada masa sekarang, keris umum dikenal di daerah Indonesia (terutama di daerah Jawa, Madura, Bali/Lombok, Sumatra, sebagian Kalimantan, serta sebagian Sulawesi), Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina (khususnya di daerah Mindanao). Di Mindanao, bentuk senjata yang juga disebut keris tidak banyak memiliki kemiripan meskipun juga merupakan senjata tikam.
Keris memiliki berbagai macam bentuk, misalnya ada yang bilahnya berkelok-kelok (selalu berbilang ganjil) dan ada pula yang berbilah lurus. Orang Jawa menganggap perbedaan bentuk ini memiliki efek esoteri yang berbeda.
Selain digunakan sebagai senjata, keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.
Tata cara penggunaan keris berbeda-beda di masing-masing daerah. Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi ditempatkan di depan pada masa perang. Sementara itu, di Sumatra, Kalimantan, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris ditempatkan di depan.
Selain keris, masih terdapat sejumlah senjata tikam lain di wilayah Nusantara, seperti rencong dari Aceh, badik dari Sulawesi serta kujang dari Jawa Barat. Keris dibedakan dari senjata tikam lain terutama dari bilahnya. Bilah keris tidak dibuat dari logam tunggal yang dicor tetapi merupakan campuran berbagai logam yang berlapis-lapis. Akibat teknik pembuatan ini, keris memiliki kekhasan berupa pamor pada bilahnya.

Jumat, 18 Juni 2010

Budi Daya Ternak Ikan Lele Sebagai Salah Satu Pilihan Wisata di Margawati


“Lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang relatif mudah dibudidayakan karena persyaratan-persyaratan hidupnya yang tidak terlalu sulit dan dapat dilakukan pada areal yang sempit”

Dari situlah kami tergerak hati untuk membudidayakan ternak di bidang perikanan yang sekarang ini sedang di laksanakan oleh kelompok kami yaitu budidaya ternak ikan lele. Menurut kami budidaya ternak ikan lele ini masih jarang dan pemasarannya pun tidak begitu sulit,walau pun pada saat ini ternak ikan lele tersebut kami jalankan dengan permodalan yang seadanya, tetapi kami berharap nanti kedepannya akan menjadi pusat pengembangbiakan budidaya perikanan ternak ikan lele dan menjadi salah satu pilihan tempat wisata kuliner di Margawati, harapannya roda perekonomian warga semakin meningkat dan berkembang.

Pada Bulan April kegiatan dimulai dari pembuatan kolam lele sekaligus pembenahan kolam yang sudah ada, sekarang kolam yang ada berjumlah 5 kolam. Harapan kami kedepannya lokasi kolam bertambah agar kolam pembibitan dan kolam yang siap panen terpisah. Pada bulan berikutnya kira-kira Bulan Mei tabur benih mulai dilakukan agar tiga bulan mendatang ikan lele siap panen. Saat ini kegiatan yang kami lakukan disamping pemberian pakan lele sebanyak sehari 3 kali, kamipun membuat beberapa saung bambu yang diperuntukan sebagai tempat istirahat, rencananya kami akan membuat beberapa saung bambu lagi yang bila ada pengunjung mereka bisa beristirahat di lokasi budidaya lele, sambil menikmati hidangan ikan lele, pengunjung bisa melihat pemandangan pedesaan yang asri.

Semua ini adalah wujud keinginan kelompok ternak kami untuk membantu mempertahankan keseimbangan roda perekonomian masyarakat dan serta menjadikan kampung kami sebagai salah satu pilihan untuk berwisata. “Kadang dengan sepiring hidangan dapat bercerita banyak hal tentang kehidupan masyarakat setempat; mulai dari selera, budaya, hingga semangat hidup mereka.(Penulis, Bpk. Anang anggota Budidaya Ternak Lele Margawati)

Remaja Kampung Taringgul Siap Membangun Kampung Yang Hijau


Margawati. Krisis penghijauan disebabkan oleh tidak efektifnya pembalakan liar dalam arti luas di lingkungan masyarakat. Karena itu dewasa ini banyak komentar terhadap pelaksanaan kegiatan penghijauan yang dianggap belum mampu menciptakan masyarakat yang lebih baik. Memaknai hal tersebut reposisi, re-evaluasi, dan redefinisi tentang penghijauan bagi masyarakat sangat diperlukan. Inilah PR yang panjang bagi seluruh masyarakat untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi krisis lingkungan sekarang. Mencermati fenomena alam yang sedang dilanda krisis dari mulai menghirup udara yang kurang sehat, efek rumah kaca yang mengakibatkan menipisnya lapisan ozon sering disebut juga Global Warning, maka pembenahan lingkungan seperti gunung-gunung yang mulai gundul sampai dengan lingkungan harus melibatkan semua komponen pendukungnya baik Pemerintahan Daerah, Dinas, Instansi, Lembaga swadaya, Perguruan tinggi dan juga seluruh lapisan masyarakat harus bahu membahu bekerja keras untuk membenahi lingkungan ini.


Kiranya sangat tepat dan ideal bila mulai sekarang bahu-membahu dalam menata lingkungan yang bertujuan menciptakan lingkungan yang sehat, bersih dan lebih baik. Mengenai hal tersebut maka kami ber inisiatif membentuk komunitas remaja Miftahul-Jannah yang mempunyai gagasan akan membuat taman pariwisata yang ber tema “Hutan Anak” yang dalam Bahasa sundanya “Leuweung Budak”. Sekarang ini yang perlu dipikirkan bersama adalah mekanisme kontrol bagaimana yang efektif untuk menerapkan pada masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih dan asri saat ini. Maraknya kerusakan lingkungan tak luput dari lepasnya fungsi kontrol masyarakat.

Pentingnya lingkungan terhadap masyarakat juga didasarkan pada pentingnya ke indahan dan asri. Hal ini penting sekali dalam kehidupan masyarakat kita terutama yang berkaitan dengan keindahan, setiap agama pasti mendidik agar masyarakat kita selalu bermoral baik dalam segala hal termasuk dalam lingkungan, masyarakat telah melupakan tujuan utama dalam merawat lingkungan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menciptakan lingkungan yang hijau secara simultan dan seimbang.

Pada baru-baru ini komunitas remaja Miftahul-Jannah ini mengadakan kegiatan penghijauan yang bertema “Hutan Anak” di Kampung Taringgul Kelurahan Margwati Garut sebagai bagian dari usaha untuk memberi contoh kepada seluruh lapisan masyarakat bagai mana kondisi lingkungan dan alam saat ini.

Pada hari itu seluruh anggota komunitas remaja Miftahul-Jannah berjalan dari kampung menuju lokasi untuk melakukan penanaman bibit – bibit pohon. Jumlahnya memang tidak banyak, tetapi “siapa tahu jika dirawat dan dipelihara dengan baik, mereka akan tumbuh dan menjadi kan lingkungan yang asri yang menjadi harapan komunitas remaja Miftahul-Jannah pada saat menanam pohon”.

Siapa bilang dunia remaja hanya bermain dan bersenang-senang saja? para remaja Kampung Taringgul Margawati Garut yang tergabung dalam organisasi komunitas remaja Mittahul- Jannah membuktikan bahwa mereka bisa melakukan sesuatu untuk alam dan lingkungan”.

(Penulis : Budi, Pemuda Kampung Taringgul Margawati)